Jumat, 21 Oktober 2016

KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM




KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:Wira Sugiarto M.Pd.I




RIKA YULIATI
MAYA DESTRIANTI
NUR HIKMAH
M.RASYID
                                                                                                  

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) 2016 M / 1438 H



KATA PENGANTAR
         Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas studi kasus yang berjudul” konsep filosofis tentang komponen pendidikan islam”yang merupakan salah satu tugas makalah pada semester lima (V)
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis. Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima dengan senang hati.


                                                                         Bengkalis,     Oktober 2016

  Penulis









i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                          i
DAFTAR ISI                                                                                        ii
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang                                                                                       1
2.      Rumusan masalah                                                                                    1
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian pendidik                                                                                  2
2.      Pengertian peserta didik                                                                            2
3.      Kurikulum dalam pendidikan islam                                                             3
4.      Pendekatan dan metode dalam pendidikan islam                                         5
5.      Evaluasi dan media dalam pendidikan islam                                                 7
6.      Lingkungan dan lembaga dalam pendidikan islam                                        9

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
 Pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dibalik kemajuan yang pesat ilmu pengetahuan dan teknologi  kita sebagai umat muslim hendaknya memberikan perhatian kepada dunia pendidikan Islam. Karena sebagai seorang muslim kita tak dapat cukup menguasai ilmu pengetahuan teknologi yang bersifat duniawi saja, karena ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi itu hanya sebagai jalan kita sebgai muslim untuk mencapai kehidupan yang kekal yaitu kehidupan akherat. Maka untuk mencapai tujuan utama umat muslim, kita harus membalut semua aktivitas dengan nilai-nilai Islam, salah satu jalan untuk mencapainya yaitu dengan jalan mempelajari Pendidikan Islam.
B.         Rumusan Masalah
1.      Apa konsep tentang pendidik?
2.      Apa konsep tentang peserta didik?
3.      Bagaimana pendekatan dan metode dalam pendidikan islam?
4.      Apasaja media dan alat dalam pendidikan islam?
5.      Bagaimana mengevaluasi pendidikan islam?
6.      Bagaimana lingkungan dan lembaga dalam pendidikan islam?





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep filosofis pendidik
Kata pendidik berasal dari kata dasar didik,yang artinya memelihara,merawat,dan memberi latihan kepada seseorang agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan. Dalam pengertian yang lebih luas pendidik dalam persfektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya.
Hadari nawawi mengatakan bahwa pendidik adalah guru dan guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran disekolah/kelas. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan aspek jasmani anak.
Dalam konteks pendidikan islam pendidik dapat disebut dengan beberapa istilah:(murabbi,mualim,muaddib,mudarris,muzakki,dan ustadz)[1]
1.      Murabbi: istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah.ada 4 tugas utama murabbi yaitu: memelihara fitrah anak menjelang dewasa,mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan,mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan,dan melaksanakan pendidikan secara bertahap.
2.      Muallim: Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu.
3.      Muaddib: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan.
4.      Mudarris: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai guru dalam upaya membelajarkan peseeta didik.
5.      Mursyid: istilah ini lebih menekankan kepada pendidik sebagai  pemimpin,penunjuk jalan bagi peserta didiknya agar memperoleh jalan yang lurus.
6.      Muzzaki: istilah ini menekankan kepada pendidik untuk bertanggung jawab membimbing peserta didik agar selalu berada dalam kondisi suci dan taat kepada Allah.
B.  Konsep filosofis peserta didik    
Pengertian Peserta Didik Selain pendidik, komponen lainnya yang melakukan proses pendidikan adalah peserta didik. Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan oarang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang peru dikembangkan.[2]
Islam mengakui bahwa peserta didik memang memiliki fitrah, tetapi bagaimana fitrah ini dapat dikembangkan dengan baik tergantung juga oleh keadaan lingkungan yang melingkupinya. Perpaduan antara faktor fitrah dan faktor lingkungan dalam konsepsi Islam merupakan proses dominan yang dapat memengaruhi pembentukan kepribadian seorang peserta didik.
a.       Hakikat Peserta Didik.
pemahaman tentang hakikat peserta didik merupakan sesuatu yang beralasan. Samsul Nizar dalam filsafat pendidikan Islam: Pendekatan historis, teoritis dan praktis menyebutkan beberapa diskripsi mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut:
1.         Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri.
2.         Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya.
3.         Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun ruhani.
4.         Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual differentiations), baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tnggal
5.         Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmaniah dan ruhaniah.
b.      Sifat Yang Harus Dimiliki Peserta
Didik Peserta didik sebagai subjek pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan Asma Hasan Fahmi,[3] sekurang-kurangnya harus memperhatikan empat hal berikut:
·      Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum melakukan proses belajar.
·      Peserta didik harus menanamkan dalam dirinya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah meraih keutamaan akhlak, mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk bermegah-megahan atau bahkan mencari kedudukan.
·      Seorang peserta didik harus memiliki ketabahan dan kesabaran dalam mencari ilmu, dan bila perlu melakukan perjalanan merantau untuk mencari guru atau apa yang disebut rihlah ilmiyyah.
·      Seorang peserta didik wajib menghormati gurunya dan berusaha semaksimal mungkin meraih kerelaan dengan berbagai cara yang terpuji.
Dari beberapa sifat diatas tampak bahwa pendidikan Islam senantiasa memerhatiakan pembentukan jiwa peserta didik agar memiliki akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia merupakan modal untuk mencari ilmu pengetahuan
 C. Kurikulum Pendidikan Islam.
   1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiyah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam prespektif falsafah pendidikan islam, kurikulum pendidikan pada dasarnya adalah alat atau instrumen untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi jismiyah dan ruhiyahnya agar mereka dapat mampu mengenali kembali dan mengukuhkan syahadah primordialnya terhadap Allah SWT.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental
2.    Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam 
Secara umum, kurikulum tersusun dengan beberapa aspek utama yang menjadi cirinya. Hasan Langgulung mengungkapkan empat ciri-ciri utama dari kurikulum, yaitu :
o   Tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu
o   Pengetahuan (knowledge) ilmu-ilmu data, aktivitas-aktivitasnya dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu.
o   Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang
o   Metode dan cara penilaian yang digunkan untuk mengukur dan menilai hasil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
3.  Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
a.  Asas Agama
 Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.[4]
b.                            Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya


c.                             Asas Psikologis
Asas ini memberikan prinsip – prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dipahami oleh anak didik sesuai dengan perkembangan
d.                            Asas Sosia
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
D. Pendekatan dan Metode dalam Pendidikan Islam
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
o   Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif
o   Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban.
o   Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas.
o   Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya.
o   Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, yaitu :
ü  ceramah,
ü   tanya jawab,
ü   mengambil pelajaran,
ü   mengkongkritkan masalah,
ü   penugasan,dan
ü   peragaan.
E. Evaluasi dan Media dalam Pendidikan Islam
1. Evaluasi
     Evaluasi pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kemajuan sutu pekerjaan dalam proses pendidikan islam. (Nizar,2002:77) dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan islam pada peserta didik .sedang dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kelemahan suatu proses pendidikan islam(dengan seluruh komponen yang terlibat didalam nya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan . Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan berbagai keputusan kependidikan, baik yang menyaangkut perencanaan pengelolaan ,prosesdan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan.
Dalam pendidikan islam , tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbangan aspek kognitif (Nizar,2002:80). Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secra garis besar meliputi 4 hal yaitu sebagai berikut.[5]
1.    Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan tuhannya.
2.    Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3.    Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupan nya dengan alam sekitarnya.
4.    Sikap dan dan pandangan terhadap dirinya sendiri.
                   Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik.sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik .Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata,melainkan pula sebagai subjek evaluasi.Evaluasi pendidikan Islam dapat di lakukan dengan dua cara yaitu
ü  evaluasi diri sendiri (selfaluationl introspeksi)
ü evaluasi terhadap orang lain (peserta didik)
   2. Media dalam pendidikan islam
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Latuheru (dalam Arsyad, 2003:4) mengemukakan bahwa media pendidikan adalah ”semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber, baik guru maupun lain kepada penerima atau siswa
Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa dilihat dari fungsinya, alat-alat pendidikan terbagi 3 jenis, yaitu :[6]
o   Alat sebagai perlengkapan.
o   Alat sebagai pembantu mempermudah usaha tujuan.
o   Alat sebagai tujuan. Alat-alat berfungsi saling membantu
       Sedangkan menurut Hamalik, (dalam Arsyad, 2003:2) media pendidikan meliputi:
o   Media sebagai alat komunikasi lebih mengefektifkan proses pembelajaran
o   Fungsi media dalam rangka tujuan pendidikan
o   Hubungan antara metoda mengajar dan media pendidikan
o   Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
o   Pemilihan dan penggunan media pendidikan
o   Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
o   Media pendidikan setiap mata pelajaran
F. Lingkungan Pendidikan dan Lembaga Pendidikan Islam
1. Pengertian Lingkungan dalam pendidikan Islam
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,adat istiadat,pengetahuan,pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah: segala sesuatu yang tampak dan terdapat di dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.
Macam-macam Lingkungan dalam Pendidikan Islam Menurut Drs. Abdurrahman Saleh, ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu :
o   Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
o   Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
o   Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam kehidupan agama.
  2. Pengertian Lembaga
Dalam Islam Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian konkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian secara abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri. Pendidikan Islam termasuk bidang sosial sehingga dalam kelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga sosial tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu:
o   Asosiasi, misalnya universitas, persatuan atau perkumpulan.
o   Organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah-sekolah.
o   Pola tingah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang mempunyai hubungan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.


 


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria diantaranya adalah:
1.             Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada.
2.             Tujuan harus fleksibel yang dapat disesuaikan dengan keadaan
3.             Tujuan itu harus memiliki kebebasan aktivitas. Dalam bidang pendidikan, kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan model pendidikan manapun. Tanpa adanya kurikulum, sulit rasanya bagi para perencana pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakannya. Mengingat pentingnya kurikulum, kurikulum perlu dipahami dengan baik oleh semua pelaksana pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA
 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Al-Ma’arif, 2000.
 Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
 Noeng Mujadjir,Ilmu Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta.2003
 Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014           



[1]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Al-Ma’arif, 2000.

[2]Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
[3]Noeng Mujadjir,Ilmu Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta.2003

[4]Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014           

[5]Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
[6]Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar