KONSEP FILOSOFIS
TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM
Tugas Mata
Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu:Wira Sugiarto M.Pd.I
RIKA
YULIATI
MAYA DESTRIANTI
NUR HIKMAH
M.RASYID
PROGRAM
STUDI AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) 2016 M
/ 1438 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada
Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas studi kasus yang berjudul” konsep filosofis tentang komponen
pendidikan islam”yang merupakan salah satu tugas makalah pada semester lima (V)
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas studi kasus ini masih
jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis.
Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima dengan senang
hati.
Bengkalis,
Oktober 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang 1
2.
Rumusan masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Pengertian pendidik 2
2. Pengertian peserta didik 2
3. Kurikulum dalam pendidikan islam 3
4. Pendekatan dan metode dalam
pendidikan islam 5
5. Evaluasi dan media dalam pendidikan
islam 7
6. Lingkungan dan lembaga dalam
pendidikan islam 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut
ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah
satu faktor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan
keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu
dan teknologi.
Dibalik kemajuan yang pesat ilmu
pengetahuan dan teknologi kita sebagai
umat muslim hendaknya memberikan perhatian kepada dunia pendidikan Islam.
Karena sebagai seorang muslim kita tak dapat cukup menguasai ilmu pengetahuan
teknologi yang bersifat duniawi saja, karena ilmu pengetahuan yang bersifat
duniawi itu hanya sebagai jalan kita sebgai muslim untuk mencapai kehidupan
yang kekal yaitu kehidupan akherat. Maka untuk mencapai tujuan utama umat
muslim, kita harus membalut semua aktivitas dengan nilai-nilai Islam, salah
satu jalan untuk mencapainya yaitu dengan jalan mempelajari Pendidikan Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
konsep tentang pendidik?
2. Apa
konsep tentang peserta didik?
3. Bagaimana
pendekatan dan metode dalam pendidikan islam?
4. Apasaja
media dan alat dalam pendidikan islam?
5. Bagaimana
mengevaluasi pendidikan islam?
6. Bagaimana
lingkungan dan lembaga dalam pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
filosofis pendidik
Kata pendidik berasal dari kata
dasar didik,yang artinya memelihara,merawat,dan memberi latihan kepada
seseorang agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan.
Dalam pengertian yang lebih luas pendidik dalam persfektif pendidikan islam
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan tugas-tugas
kemanusiaannya.
Hadari nawawi mengatakan bahwa
pendidik adalah guru dan guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pelajaran disekolah/kelas. Dari beberapa definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan dan kematangan aspek rohani dan aspek jasmani anak.
Dalam konteks pendidikan islam
pendidik dapat disebut dengan beberapa istilah:(murabbi,mualim,muaddib,mudarris,muzakki,dan ustadz)[1]
1. Murabbi:
istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek
jasmaniah maupun ruhaniah.ada 4 tugas utama murabbi yaitu: memelihara fitrah
anak menjelang dewasa,mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan,mengarahkan
seluruh fitrah menuju kesempurnaan,dan melaksanakan pendidikan secara bertahap.
2. Muallim:
Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai
pengetahuan dan ilmu.
3. Muaddib:
istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan akhlak
peserta didik dengan keteladanan.
4. Mudarris:
istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai guru dalam upaya membelajarkan
peseeta didik.
5. Mursyid:
istilah ini lebih menekankan kepada pendidik sebagai pemimpin,penunjuk jalan bagi peserta didiknya
agar memperoleh jalan yang lurus.
6. Muzzaki:
istilah ini menekankan kepada pendidik untuk bertanggung jawab membimbing
peserta didik agar selalu berada dalam kondisi suci dan taat kepada Allah.
B. Konsep filosofis
peserta didik
Pengertian Peserta Didik Selain
pendidik, komponen lainnya yang melakukan proses pendidikan adalah peserta
didik. Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz
jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang
yang mengingini pendidikan”. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik
merupakan oarang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah)
yang peru dikembangkan.[2]
Islam mengakui bahwa peserta didik
memang memiliki fitrah, tetapi bagaimana fitrah ini dapat dikembangkan dengan
baik tergantung juga oleh keadaan lingkungan yang melingkupinya. Perpaduan
antara faktor fitrah dan faktor lingkungan dalam konsepsi Islam merupakan
proses dominan yang dapat memengaruhi pembentukan kepribadian seorang peserta
didik.
a. Hakikat
Peserta Didik.
pemahaman tentang hakikat peserta didik
merupakan sesuatu yang beralasan. Samsul Nizar dalam filsafat pendidikan Islam:
Pendekatan historis, teoritis dan praktis menyebutkan beberapa diskripsi
mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut:
1.
Peserta didik bukan
miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri.
2.
Peserta didik adalah
manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan
pertumbuhannya.
3.
Peserta didik adalah
manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan
jasmani maupun ruhani.
4.
Peserta didik adalah
makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual
differentiations), baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan
tempat ia tnggal
5.
Peserta didik merupakan
makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmaniah dan ruhaniah.
b. Sifat
Yang Harus Dimiliki Peserta
Didik Peserta didik sebagai subjek
pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan Asma Hasan Fahmi,[3]
sekurang-kurangnya harus memperhatikan empat hal berikut:
· Seorang
peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum
melakukan proses belajar.
· Peserta
didik harus menanamkan dalam dirinya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah meraih
keutamaan akhlak, mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk bermegah-megahan
atau bahkan mencari kedudukan.
· Seorang
peserta didik harus memiliki ketabahan dan kesabaran dalam mencari ilmu, dan
bila perlu melakukan perjalanan merantau untuk mencari guru atau apa yang
disebut rihlah ilmiyyah.
· Seorang
peserta didik wajib menghormati gurunya dan berusaha semaksimal mungkin meraih
kerelaan dengan berbagai cara yang terpuji.
Dari beberapa sifat diatas tampak bahwa
pendidikan Islam senantiasa memerhatiakan pembentukan jiwa peserta didik agar
memiliki akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia merupakan modal untuk mencari
ilmu pengetahuan
C. Kurikulum Pendidikan
Islam.
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiyah kurikulum berasal
dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya
jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam prespektif falsafah pendidikan
islam, kurikulum pendidikan pada dasarnya adalah alat atau instrumen untuk
mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi jismiyah dan ruhiyahnya agar
mereka dapat mampu mengenali kembali dan mengukuhkan syahadah primordialnya
terhadap Allah SWT.
Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang
digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan
yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap
mental
2. Karakteristik
Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum, kurikulum tersusun
dengan beberapa aspek utama yang menjadi cirinya. Hasan Langgulung
mengungkapkan empat ciri-ciri utama dari kurikulum, yaitu :
o
Tujuan pendidikan yang
ingin dicapai oleh kurikulum itu
o
Pengetahuan (knowledge)
ilmu-ilmu data, aktivitas-aktivitasnya dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk
kurikulum itu.
o
Metode dan cara-cara
mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk mendorong mereka ke arah
yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang
o
Metode dan cara
penilaian yang digunkan untuk mengukur dan menilai hasil proses pendidikan yang
dirancang dalam kurikulum.
3.
Asas-Asas
Kurikulum Pendidikan Islam
a. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat
Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar falsafah, tujuan,
dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah dan muamalah.
Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber
utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.[4]
b.
Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan
kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan
kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi
nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya
c.
Asas Psikologis
Asas ini memberikan prinsip – prinsip
tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara
menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dipahami oleh anak didik sesuai dengan
perkembangan
d.
Asas Sosia
Pembentukan kurikulum pendidikan
Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
D. Pendekatan dan Metode
dalam Pendidikan Islam
Pendekatan berarti proses,
perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat
diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah
pelaksanaan pendidikan.Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan
dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
o Pendekatan
Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat
persuasif dan motivatif
o Pendekatan
sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan
sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan
hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban.
o Pendekatan
Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan
dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan
ekstensif (mendalam dan meluas.
o Pendekatan
komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala
sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan
zamannya.
o Pendekatan
filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan
atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai
kebenaran dengan memakai akal atau rasio.
Ada
beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, yaitu :
ü ceramah,
ü tanya jawab,
ü mengambil pelajaran,
ü mengkongkritkan masalah,
ü penugasan,dan
ü peragaan.
E.
Evaluasi
dan Media dalam Pendidikan Islam
1. Evaluasi
Evaluasi
pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk
menentukan kemajuan sutu pekerjaan dalam proses pendidikan islam.
(Nizar,2002:77) dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka
mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan
islam pada peserta didik .sedang dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kelemahan suatu proses
pendidikan islam(dengan seluruh komponen yang terlibat didalam nya) dalam
mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan . Penilaian dalam pendidikan
dimaksudkan untuk menetapkan berbagai keputusan kependidikan, baik yang
menyaangkut perencanaan pengelolaan ,prosesdan tindak lanjut pendidikan, baik
yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan.
Dalam pendidikan islam
, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan
psikomotor) ketimbangan aspek kognitif (Nizar,2002:80). Penekanan ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secra garis besar meliputi 4 hal
yaitu sebagai berikut.[5]
1. Sikap
dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan tuhannya.
2. Sikap
dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap
dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupan nya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap
dan dan pandangan terhadap dirinya sendiri.
Objek
evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik.sementara
dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik
.Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi
semata,melainkan pula sebagai subjek evaluasi.Evaluasi pendidikan Islam dapat
di lakukan dengan dua cara yaitu
ü evaluasi
diri sendiri (selfaluationl introspeksi)
ü evaluasi
terhadap orang lain (peserta didik)
2. Media dalam pendidikan islam
Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Gagne (1970) menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Latuheru (dalam
Arsyad, 2003:4) mengemukakan bahwa media pendidikan adalah ”semua alat bantu
atau benda yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk
menyampaikan pesan atau informasi dari sumber, baik guru maupun lain kepada
penerima atau siswa
Ahmad D. Marimba mengemukakan
bahwa dilihat dari fungsinya, alat-alat pendidikan terbagi 3 jenis, yaitu :[6]
o Alat
sebagai perlengkapan.
o Alat
sebagai pembantu mempermudah usaha tujuan.
o Alat
sebagai tujuan. Alat-alat berfungsi saling membantu
Sedangkan
menurut Hamalik, (dalam Arsyad, 2003:2) media pendidikan meliputi:
o Media
sebagai alat komunikasi lebih mengefektifkan proses pembelajaran
o Fungsi
media dalam rangka tujuan pendidikan
o Hubungan
antara metoda mengajar dan media pendidikan
o Nilai
atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
o Pemilihan
dan penggunan media pendidikan
o Berbagai
jenis alat dan teknik media pendidikan
o Media
pendidikan setiap mata pelajaran
F.
Lingkungan
Pendidikan dan Lembaga Pendidikan Islam
1. Pengertian Lingkungan dalam
pendidikan Islam
Dalam arti yang
luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,adat
istiadat,pengetahuan,pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah:
segala sesuatu yang tampak dan terdapat di dalam alam kehidupan yang senantiasa
berkembang.
Macam-macam Lingkungan
dalam Pendidikan Islam Menurut Drs. Abdurrahman Saleh, ada tiga macam pengaruh
lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu :
o Lingkungan
yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya
berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu
tentang hal itu.
o Lingkungan
yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya
lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional
tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
o Lingkungan
yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam kehidupan agama.
2.
Pengertian
Lembaga
Dalam Islam
Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi
bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu
penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Adapun lembaga pendidikan
Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat berlangsungnya
proses pendidikan Islam.
Dari definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian
konkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian secara abstrak, dengan
adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab
pendidikan itu sendiri. Pendidikan Islam termasuk bidang sosial sehingga dalam
kelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga
sosial tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu:
o Asosiasi,
misalnya universitas, persatuan atau perkumpulan.
o Organisasi
khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah-sekolah.
o Pola
tingah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang mempunyai
hubungan tertentu.
Berdasarkan
uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai badan
usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan
terhadap anak didik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa tujuan pendidikan harus
memiliki tiga kriteria diantaranya adalah:
1.
Tujuan harus dapat
menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada.
2.
Tujuan harus fleksibel
yang dapat disesuaikan dengan keadaan
3.
Tujuan itu harus
memiliki kebebasan aktivitas. Dalam bidang pendidikan, kurikulum merupakan
unsur penting dalam setiap bentuk dan model pendidikan manapun. Tanpa adanya
kurikulum, sulit rasanya bagi para perencana pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diselenggarakannya. Mengingat pentingnya kurikulum, kurikulum
perlu dipahami dengan baik oleh semua pelaksana pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Al-Ma’arif, 2000.
Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
Noeng Mujadjir,Ilmu Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta.2003
Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014
[1]Ahmad
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam,Bandung: Al-Ma’arif, 2000.
[2]Ramayulis
dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan
islam,Kalam Mulia,2011
[3]Noeng
Mujadjir,Ilmu Pendidikan Islam dan
Perubahan Sosial, Yogyakarta.2003
[4]Toto
Suharto, Filsafat pendiikan Islam,
Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014
[5]Ramayulis
dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan
islam,Kalam Mulia,2011
[6]Toto
Suharto, Filsafat pendiikan Islam,
Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar