LOGIKA
SEBAGAI KENISCAYAAN DALAM BERFIKIR KRITIS
Oleh
:
RIKA
YULIATI
Pembimbing
:
WIRA
SUGIARTO, S.IP, M.Pd.I.
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
SEMESTER
IV D
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
BENGKALIS
2015
/ 2016
Nama Lengkap
: RIKA YULIATI
Tempat / Tanggal Lahir : Bengkalis, 07 Juli 1995
Alamat : Jl. Wonosari Tengah, RT : 002 / RW
: 002, Bengkalis – Riau
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
( STAIN ) Bengkalis
Jurusan :
Tarbiyah dan Keguruan
Prodi :
Pendidika Agama Islam
Semester : IV D
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Setiap manusia akan berpikir,
begitulah alaminya seorang manusia tercipta. Seorang filsuf pernah berkata,
”Aku hidup karena berpikir”. Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural,
lumrah, dan berada dalam lingkaran fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang
yang mengalami gangguan jiwa pun merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia
lain dalam hidupnya. Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan
menjadi bias, tidak mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang
emosional atau terkesan egosentris. Seharusnya manusia bisa kembali merenung,
bahwa kualitas hidup seseorang sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara
dia berpikir, sehingga dari pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu
menciptakan penemuan atau pun inovasi baru dalam hidupnya. Bukankah seorang
pahlawan lahir dari cara berpikirnya yang selalu besar. Ilmuwan-ilmuwan ternama
dunia pun mengubah wajah dunia yang primitif menjadi dunia yang luar biasa ini
dengan perubahan pemikiran.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa itu logika ?
2. Apa itu berfikir kritis ?
3. Apa itu berfikir kritis dan logika ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Logika
2.1.1. Pengertian Logika
[1]Logika
berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu,
logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,
tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal.
Nama Logika pertama kali muncul filsuf Cicero pada
abad ke – 1 sebelum masehi, tetapi masih
dalam arti ‘seni perdebatan’. Alexsander Aphrodisias pada abad ke – 3 sesudah
masehi adalah orang yang pertama kali menggunakan kata ‘Logika’ dalam arti ilmu
yang menyelidiki lurus tidak nya pemikiran kita.
[2]Logika
sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berfikir ( khususnya penalarannya /
proses penalaran ) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang
ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang
berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari
pernyataan lain yang telah diketahui ( Premis ) yang nanti akan diturunkan
kesimpulan.
2.1.2.
Macam – Macam Logika
1. Logika
Alamiah
Adalah
kinerja akal budi manusia yang berfikir secara tepat dan lurus sebelum
dipengaruhi oleh keinginan – keinginan dan kecenderungan – kecenderungan yang
subyektif. Kemampuan logika almiah manusia ada sejak lahir.
2.
Logika
Ilmiah
Adalah
memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah ilmu khusus
yang merumuskan asas – asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat,
lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksud untuk
menghidari kesesatan atau paling tidak di kurangi.
2.1.3.
Cara Berfikir Logis dalam Rangka Mendapatkan Pengetahuan Baru yang Benar
1. Induksi
Adalah
cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus – kasus
yang bersifat individual. Penalaranan ini di awali dari kenyataan – kenyataan
yang bersifat khusus dan terbatas untuk diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum.
2. Deduksi
Adalah
cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju kesimpulan yang
bersifat khusus, dengan demikian kegiatan berfikir yang berlawanan dengan
induksi.
3.
Analogi
Cara
berfikir dengan cara membuktikan dengan hal serupa dan sudah diketahui
sebelumnya. Disini penyimpulannya dilakukan secara tidak langsung, tetapi
dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan
dengan apa yang akan dibuktikan.
4.
Komparasi
Adalah
cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan
apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi yaitu tidak
langsung, tetapi penekanan pemikirnya ditujukan pada kesepadanan bukan pada
perbedaan.
2.1.4.
Kegunaan Logika
1. Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan
kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa
dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
2.2.
Berfikir Kritis
2.2.1.
Pengertian Berfikir Kritis
[3]Berfikir Kritis Proses belajar diperlukan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dalam proses belajar
terdapat pengaruh perkembangan mental yang digunakan dalam berpikir atau
perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar. Beberapa
pengertian mengenai keterampilan berpikir kritis diantaranya:
1.
Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah
sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan- kepercayaan yang logis
dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk
menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
2.
Steven (1991) memberikan pengertian berpikir kritis yaitu berpikir dengan benar
dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliable. Berpikir kritis adalah
berpikir nalar, reflektif, bertanggung jawab, dan mahir berpikir. Dari
pengertian Steven tersebut, seseorang yang berpikir dengan kritis dapat
menentukan informasi yang relevan. Berpikir kritis merupakan kegiatan memproses
informasi yang akurat sehingga dapat dipercaya, logis, dan kesimpulannya
meyakinkan, dan dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab. Seseorang yang
berpikir kritis dapat bernalar logis dan membuat kesimpulan yang tepat.
3. Menurut
Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk
membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini
atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis tersebut dapat diungkapkan beberapa
hal penting. Berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh
kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya
memungkinkan kita untuk membuat keputusan.
Dari
pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu meliputi
dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) dan diikuti
dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving).
Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal
berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat
melakukan proses berpikir kritis secara benar. Berpikir kritis berfokus pada
apakah meyakini atau melakukan sesuatu mengandung pengertian bahwa siswa yang
berpikir kritis tidak hanya percaya begitu saja apa yang dijelaskan oleh guru.
Siswa berusaha mempertimbangkan penalarannya dan mencari informasi lain untuk
memperoleh kebenaran. Jadi, berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi
informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak
berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan dari
apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan
masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk dirinya dan
keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan
proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap
permasalahan.
2.2.2. Ciri – Ciri Berfikir Kritis
Ø
Mampu membuat kesimpulan dan
solusi yang akurat, jelas dan relevan terhadap kondisi yang ada.[4]
Ø
Berpikir terbuka dengan
sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsetrasi yang logis.
Ø
Berkomunikasi secara efektif
dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks.
2.2.3. Keterampilan
dalam Berfikir Kritis
Tanda – tanda pemikir yang kritis, adalah kesiapan untuk menantang
ide – ide orang lain ( anti thesis ). Salah satunya adalah dalam keterampilan
berfikir secara kritis, Robert Ennis yang merupakan bapak berfikir kritiar di
Amerika Utara mengidentifikasikan 12 aspek dalam wujud keterampilan berfikir
kritis yang saling berkesinambungan adalah sebagai berikut.
1.
Memahami arti pernyataan.
2.
Mempertimbangkan adanya
ambigunitas dalam penalaran.
3.
Mempertimbangkan pernyataan
yang kontradiktif satu dengan yang lain.
4.
Mempertimbangkan kesimpulan
yang diikut.
5.
Mempertimbangkan pernyataan
yang cukup spesifik.
6.
Mempertimbangkan pernyataan
penerapan satu prinsip.
7.
Mempertimbangkan satu
pernyataan hasil observasi.
8.
Mempertimbangkan kesimpulan
induktif yang diperingatkan.
9.
Mempertimbangkan masalah
yang telah dikenali.
10.
Mempertimbangkan sesuatu
sebagai asumsi.
11.
Mempertimbangkan definisi
yang tepat.
12.
Mempertimbangkan pernyataan
yang diambil oleh otoritas yang diterima.
2.3. Berfikir kritis
maka berfikir dengan Logika
[5]Seseorang yang berfikir kritis akan mampu menyelesaikan masalah
dengan dengan sistematis, pemikiran yang abstrak lalu menyusunnya dalam metode
penyelesaian yang efektif. Namun timbul lah masalah yang dapat mengkategorikan
seseorang itu dapat berfikir kritis atau tidak. Sebab manusia adalah subjek
bagi kehidupan ini dan mereka cenderung menggunakan emosional dalam berfikir.
Itu akhirnya dapat menimbulkan sifat egosentrisme yang dapat membuat pemikiran
jadi tertutup akan pemikiran yang lain sehingga sulit menemukan inovasi atau terobosan
baru serta meletakkan pemikir – pemikir ini dalam komunitas individualistis
yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar.
Logika tidak mempelajari cara berfikir dari semua ragamnya, tetapi
pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran
yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi,
pergaulan, dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan
emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada
juga pemikiran yang diungkapkan dengan argument yang secara selintas kelihatan
benar untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan.
Maka dari itu, Logika akan membantu seseorang untuk mampu berfikir
dengan rasional, abstrak dan logika. Karena jika tidak mempunyai unsur – unsur
tersebut maka seseorang itu akan sulit untuk dapat berfikir secara kritis. Ia
akan senantiasa berfikir sesuai dengan kehendaknya sebagai naliriah yang
terkandung dalam setiap diri manusia.
[6]Logika
sesungguhnya merupakan alat (organon) untuk bernalar dan berargumentasi.
Sebagai alat, logika penting bagi siapa saja yang berkecimpung dalam pembelajaran
formal atau informal untuk kritis menilai argumentasi dan penalarannya sendiri
atau orang lain. Sikap kritis perlu dibangun agar kita mampu mengambil
keputusan tepat dalam berbagai aspek kehidupan, dan tidak mudah terkecoh oleh
argumentasi-argumentasi sesat yang sering dikemas dengan rumusan-rumusan
persuasif yang mengecohkan serta intrik-intrik psikologis yang tak mudah
terendus. Membangun sikap kritis itu dengan memperkenalkan kaidah-kaidah
bernalar yang logis.
Setelah
mengintroduksi beberapa hal yang diperlukan untuk melangkah masuk dunia logika,
dengan ini langsung menyajikan berbagai macam sesat-nalar (fallacia) yang tanpa
disadari sering membuat kita kurang cerdas dalam berargumentasi dan kurang
cermat dalam bernalar. Tak jarang kita menyaksikan berbagai model kesesatan
yang diperagakan dalam arena demokrasi, misalnya ketika para politisi tanpa
rasa sungkan mengubah arena publik transaksi argumentasi, menjadi arena
transaksi masalah pribadi untuk saling menjatuhkan.
Dengan
demikian manfaat bagi mereka yang bergumul dengan kegiatan bernalar dan
berargumentasi, para ilmuwan, para dosen, mahasiswa, akademisi dari berbagai
disiplin ilmu, reporter, pengacara, para praktisi, aktivis yang berkecimpung
dalam dunia pengambilan keputusan, para politisi, pejabat, dan siapa saja yang
ingin membangun karakter berpikir kritis.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Logika
adalah merupakan peran akal yang memanfaatkan kebebasan yang dimilikinya
menganggap sebagai kebenaran bahwa segala sesuatu yang ada paling kurang
diragukan pun berarti tidak,mengakui bahwa bagaimanapun juga ditinjau secara
mutlak, mustahil bawa ini merupakan peristiwa terpenting , karena secara
demikian dapatlah dengan mudah ditarik perbedaan antara hal-hal yang termasuk
akal.Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti
logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat logika digunakan
untuk melakukan pembuktian Suatu kebenaran. Logika mengatakan yang bentuk
inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari
sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.Logika
adalah sarana untuk berpikkir sistematis ,valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Berfikir
secara kritis berarti berfikir secara luas dan terbuka dengan mempertimbangkan
kemungkinan – kemungkinan hingga mendapatkan suatu fakta dan informasi yang
dapat diterima atau ditolak.
Maka dari itu, Logika akan membantu seseorang untuk mampu berfikir
dengan rasional, abstrak dan logika. Karena jika tidak mempunyai unsur – unsur
tersebut maka seseorang itu akan sulit untuk dapat berfikir secara kritis. Ia
akan senantiasa berfikir sesuai dengan kehendaknya sebagai naliriah yang
terkandung dalam setiap diri manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
I Gusti Bagus Rai
Utama, MA. 2013. Filsafat Ilmu dan Logika. Bandung : Universitas Dhyana Pura.
Asmoro
Achmadi. 2011. Filsafat Umum. Jakarta
: Rajawali Pres.
Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Kanisius : Yogyakarta.
Artikel berpikir kritis oleh Dr. Padmono. Y. melalui [ http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/14/berfikir-kritis/
] [last update: 14 Agustus 2010].
Drs.
H. Mundiri. 2009. Logika. PT. Raja
Grafindo Persada:Jakarta.
Drs. Benyamin Molan.
2012. Logika Ilmu dan Seni Berfikir
Kritis. PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.
[1]
I Gusti Bagus Rai Utama,
MA. Filsafat
Ilmu dan Logika. Bandung : Universitas Dhyana Pura. 2013. Hlm. 69.
[2] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Jakarta : Rajawali Pres.
2011.
[3] Jan
Hendrik Rapar. Pengantar Logika.
Kanisius : Yogyakarta. 1996. Hlm. 17
[4] Artikel berpikir kritis oleh Dr.
Padmono. Y. melalui [ http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/14/berfikir-kritis/
] [last update: 14 Agustus 2010]. Html. 1.
[5]
Drs. H. Mundiri. Logika. PT. Raja Grafindo
Persada:Jakarta. 2009. Hlm. 8
[6]
Drs. Benyamin Molan. Logika Ilmu dan Seni Berfikir Kritis. PT.
Raja Grafindo Persada:Jakarta. 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar