MAKALAH
AYO
GENERASIKU BUDAYAKAN BERFIKIR POSITIF
Oleh :
RIKA YULIATI
Pembimbing
WIRA
SUGIARTO, SIP, M.Pd.
Prodi PAI Semester III D
STAIN BENGKALIS
Jalan Lembaga
Bengkalis
2015 - 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setiap
manusia tentu dikarunia akal untuk berpikir, tapi kadang seseorang tidak dapat
memanfaatkan akalnya berpikir secara positif, hal itu tentu dipengaruhi oleh
beberapa hal. Berpikr merupakan kegiatan akal budi yang sangat aktif mengajukan
berbagai pertanyaan dan kemudian meresponnya dengan jawaban – jawaban, yang
berupa penjelasan, pertimbangan, analisis, kesimpulan bahkan bisa sebuah
keputusan. Secara harfiah berfikir positif adalah kegiatan akal budi yang
bermanfaat, yang mewujudkan suatu tindakan keputusan atau karya yang berguna
tidak untuk diri sendiri , tetapi juga untuk orang lain. Berpikir positif
bukanlah suatu yang bekerja secara parsial dalam diri manusia karena berpikir
positif hanya tercetus dari budi pekerti yang luhur. Melatih diri untuk
berprilaku luhur adalah pekerjaan pertama yang harus dilakukan sebagai wadah
dari berpikir positif. Seorang yang berbudi luhur adalah juga seseorang yang
berpikir positif, artinya seseorang yang senantiasa memprtimbangkan dan
memandang setiap hal dari sisi positif, dari sisi baiknya, dari sisi manfaatnya
yang lebih banyak dibandingkan sisi negatifnya. Sebagai seorang yang baik,
seseorang dituntut melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat tidak hanya
untuk dirinya sendiri tetapi juga utuk orang lain, sebagai tanggung jawab moral
dalam kehidupan bermasyarakat.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud dengan berpikir positif ?
2. Bagaiman
Berpikir Positif dalam Pandangan Islam ?
3. Bagaiman
Budaya Berpikir Positif dalam Kehidupan Sehari – hari ?
4. Bagaiman
Konsep Menerapkan Budaya Berpikir Positif dalam Kehidupan Sehari – hari ?
5. Apa
Manfaat dari Membudayakan Berpikir Positif
?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Berpikir Positif
[1]Berpikir
positif ( Tafkir al-Ijabiy ) adalah
istilah yang tersusun dari dua kata: Berpikir dan Ijabiy. Berpikir ( Tafkir ) ditinjau dari sudut bahasa ( ) artinya berpikir mengenai suatuperkara,
memikirkan suatu pikiran : mempergunakan akalnya dalam suatu urusan yang tidak
diketahui. Positif ( Ijabiy ) di
nisbatkan pada kata ijabiyah yaitu memelihara dengan pertimbangan akal
sehat dalam memahami berbagai macam problematika.
Ini merupakan cara jitu
yang sempurna dalam menghadapi kehidupan yaitu memusatkan pikiran menuju
sesuatu yang positif dalam kondisi bagaimanapun sebagai ganti dari memusatkan
piiran menuju sesuatu yang negative. Hal itu berarti bahwa kita berbaik sangka
dengan diri kita sendiri, juga berbaik sangka kepada orang lain, kemudian kita
membangun perilaku yang layak diteladani dalam kehidupan.
[2]Sedangkan
jika ditinjau dari penggabunngan kedua kata di atas, Viera Biffer memberikan
definisi Positif Thinking dengan
mengambil manfaat dengan menggunakan akal kesadaran dengan penuh kerelaan dalam
bentuk yang positif.
2.2. Berpikir Positif dalam
Pandangan Islam
[3]Manusia
diciptakan oleh allah swt dengan struktur yang paling baik di antara makhluk
allah swt yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsure-unsur jasmani,
rohani, nafs, dan iman.
Kesempurnaan unsur
manusia ini disebutkan dalam firman allah swt :
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya
. ( Q.S. At-Tin : 4 ).
[4]Salah
satu potensi yang diberikan allah swt kepada makhluknya ialah akal. Allah
menganugrahkan akal pikiran kepada manusia sebagai kunci untuk memperoleh
petunjuk terhadap segala hal. Akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kendaraan
penegtahuan, serta pohon yang membuahkan istiqomah dan konsistensi dalam kebenaran,
karena itu, manusia baru bisa menjadi manusia kalau ada akalnya.
Maka
relevan bila Rene Descartes menyatakan bahwa Cogito Ergo Sum, ‘
saya berfikir maka saya ada’. Karena akal jugalah yang menghalangi manusia
terjerumus kedalam dosa dan kesalahan, karena itulah maka ia dinamai oleh
al-qur’an ‘aql (akal) yang secara
harfiah berarti tali, yakni yang mengikat hawa nafsu manusia dan menghalanginya
terjerumus ked lam dosa, pelanggaran dan kesalahan.
Salah
satu akhlak mahmuda ( terpuji )
kepada allah adalah khusnudzon ( berbaik sangka atau berpikir
positif ) kepadanya. Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Allah
mengasihi seluruh makhluk-Nya. Dia menganugrahkan rezeki kepada semua
makhluk-Nya. Tidak peduli makhluk-Nya taat atau durhaka, muslim atau kafir.
Bahkan, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun dijamin rezekinya oleh allah swt :
*)tFó¡ãBãyö
Artinya
:Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (
Q.S. Hud : 6 )
[709]
Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang
bernyawa.
[710]
Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah
dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir
yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah
rahim.
Seringkali ketika kita mengalami
suatu kesulitan dalam hidup, kita berfikir negative kepada allah. Kita berpikir
bahwa allah tidak saying kepada kita. Padahal, dengan cobaan kesulitan tersebut,
justru allah menghendaki kebaikan bagi diri kita. Allah hendak mendidik dan
menempah kita agar menjadi manusia yang unggul. Selain itu, dibalik cobaan
tersebut allah telah menyiapkan karunia yang besar bagi kita ketika lulus dari
cobaan.
[5]Jadi,
sesungguhnya tidak ada alasan apa pun bagi kita untuk berpikir negative kepada
allah swt. Sebab, selain merupakan akhlak mazmumah
( tercela ) di hadapan allah swt, juga merugikan diri sendiri. Berpikir
negative kepada allah, selain berbuah dosa besar, juga akan membuat kita
menjadi pesimis, kehilangan harapan dan putus asa.
Kita harus yakin bahwa segala
ketentuan allah adalah yang terbaik. Kuncinya, berpikir positif terhadap
ketentuan allah. Sebab, boleh jadi apa yang menurut kita baik, sebenarnya tidak
baik bagi kita. Sebaliknya, boleh jadi apa yang menurut kita baik, sebenarnya
tidak baik bagi kita. Sebaliknya, boleh jadi apa yang menurut kita tidak baik,
sebenarnya baik bagi kita:
|=ÏGä.
ãNà6øn=tæ
ãA$tFÉ)ø9$#
uqèdur
×nöä.
öNä3©9
(
#Ó|¤tãur
br&
(#qèdtõ3s?
$\«øx©
uqèdur
×öyz
öNà6©9
(
#Ó|¤tãur
br&
(#q6Åsè?
$\«øx©
uqèdur
@°
öNä3©9
3
ª!$#ur
ãNn=÷èt
óOçFRr&ur
w
cqßJn=÷ès?
ÇËÊÏÈ
Artinya
: Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan
boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ( Q.S. Al-Baqarah : 216 )
Islam
telah menaruh perhatian besar akan perkembangan berpikir manusia dengan
menyerukannya untuk mengamati semua yang ada di langit dan bumi, mengamati diri
sendiri, mengamati semua makhluk-Nya, sebagaimana allah berfirman:
Atinya
:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. ( Q.S. Ali Imron : 190-191 ).
Allah
menjelaskan pentingnya proses berpikir dalam kehidupan manusia. Juga menjelaskan
bagaimana dia mengangkat derajat dan nilai orang-orang yang menggunakan akal
dan pikirannya, sebagaimana firman allah :
Artinya
: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. ( Q.S. Az-Zumar : 9 )
Rasulullah
juga menjelaskan keutamaan berpikir dengan menyeru manusia untuk memikirkan
ayat-ayat Al-Qur’an dan juga merenungkan semua penciptaan-Nya, sebagaimana
diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
“
Berpikir selama sejam lamanya lebih baik dari pada beribadah selama setahun”.
( HR. Abu Hurairah ).
2.3. Budaya Berpikir Positif dalam
Kehidupan Sehari-hari
Berpikir
positif adalah budaya yang sangat penting dibangun di tengah-tengah kehidupan
masyarakat saat ini yang sedang
menghadapi ancaman perpecahan dalam banyak hal, termasuk dalam hal politik,
pemerintahan, bahkan dalam hal beribadah dan beragama.
Untuk
menjalankan berbagai agenda pembangunan, budaya berpikir positif yang bermuara
pada sikap saling percaya mutlak diperlukan. Karena jika semua elemen
masyarakat mengedepankan prasangka dan kecurigaan, maka sulit sekali untuk mewujudkan
sikap saling percaya. Dan apabila tak ada saling percaya, maka banyak sekali
program pembangunan yang akan terhambat.
Dalam
kaitannya dengan pembangunan daerah yang menjadi tugas Pemerintah, kepercayaan
rakyat terhadap pemerintah adalah modal utama yang harus dimiliki untuk
memuluskan berbagai agenda pembangunan. Karena keberhasilan pemerintah dalam
jangka panjang sangat bergantung pada ketertarikan, dukungan, dan keikutsertaan
dari masyarakat
Hal
ini harus menjadi introspeksi bagi semua pihak, terutama bagi para pelaksana
pemerintahan, bagaimana mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap semua lembaga
pemerintah (eksekutif, legislatif, yudikatif).
Pemerintah
harus berupaya menjadi contoh teladan, melaksanakan transparansi, menerapkan
kejujuran, mengutamakan integritas, serta memiliki konsistensi atas perkataan
dengan perbuatan, sehingga muncul kepercayaan di tengah-tengah masyarakat.
Jika
sudah tercipta kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintah, maka masyarakat
akan mudah diajak untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah perlu kita bangun bersama, minimal dengan
membiasakan diri kita sendiri melihat segala sesuatu dari sisi yang positif,
serta tidak secara serampangan membuat pernyataan atau tanggapan negatif yang
bisa memengaruhi khalayak ramai.
Salah
satu dampak negatif jika tidak adanya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah, maka masyarakat enggan membayar pajak. Karena masyarakat curiga
bahwa pajak yang dibayar oleh mereka tidak akan masuk ke kas negara, melainkan
masuk ke kantong para pejabat negara.
Jika
masyarakat enggan membayar pajak, bahkan mengemplang pajak, mencuri air,
mencuri listrik, dan sebagainya, maka banyak program pembangunan yang tak akan
bisa dilaksanakan. Karena di alam bawah sadar masyarakat memiliki kebencian
terhadap pemerintahnya.
Sebaliknya.
Jika kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah telah tercipta, maka masyarakat
tak akan enggan untuk membayar pajak atau retribusi apapun. Bahkan ikut
mendorong agar semua pihak melaksanakan kewajiban tersebut dan menyadari
manfaatnya. Karena mereka mengetahui bahwa pajak yang mereka bayarkan itu, akan
digunakan pemerintah untuk menyediakan dan memerbaiki fasilitas publik untuk
kepentingan masyarakat juga, misalnya jalan, jembatan, sarana transportasi,
sarana kesehatan, sarana pendidikan, dsb.
Wahai
Pemerintah, Mari ciptakan kepercayaan masyarakat, dengan menunjukkan kinerja
yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dan tunjukkanlah bahwa segala
perkataanmu, sejalan dengan perbuatanmu.
Namun,
bagaimana mungkin itu semua diwujudkan? Apabila di jajaran pemerintahan sendiri
sudah tidak harmonis, tidak ada saling percaya, bahkan tidak ada lagi
komunikasi?
Dibutuhkan
kedewasaan dan jiwa besar dari para pemimpin untuk merubah situasi ini. Pesimis
adalah paham yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada pada dasarnya adalah
buruk atau jahat. Kata pesimisme berasal dari bahasa latin pessimus yang
artinya terburuk. Dengan demikian, gambaran hidup yang ditampilkan adalah suram
dan tidak ada harapan. Pesimis dibagi menjadi dua yaitu, pesimis kultural dan
pesimis tragis. Pesimis kultural biasanya yang memandang bahwa pada akhirnya
setiap kebudayaan akan hilang dan hal itu tidak dapat terhindari. Kemudian,
pesimis kultural merupakan sikap yang mencoba mengafirmasi dunia dan kehidupan
sekalipun segala sesuatu tak berarti.
Bagi
para pelajar kelas tiga sma, pesimis bukanlah hal yang asing untuk didengarkan.
Apalagi, saat Ujian Nasional dan SNMPTN tiba. Semua pikiran negatif (pesimis)
muncul seketika di dalam benak setiap pelajar. Namun, pikiran pesimis tidak
hanya dialami oleh pelajar, tapi juga dialami oleh anak-anak, orang dewasa
bahkan orang tua.
Pada
dasarnya berpikir pesimis termasuk sifat alamiah yang terdapat di setiap diri
manusia. Karena, semua golongan dari anak-anak hingga orang tua akan mengalami
rasa pesimis dalam menghadapi seusatu. Meskipun merupakan sifat alamiah, bukan
berarti pesimis dijadikan budaya. Karena, pesimis akan membuat rasa percaya
diri kita hilang dan cita-cita yang kita impikan tidak dapat tercapai.
Hanya
ada satu cara agar rasa pesimis yang selalu membayangi benak kita dapat hilang,
yaitu dengan berpikir positif. Dengan berpikir positif itulah hal seberat
apapun yang sedang kita hadapi akan mudah dilalui. Namun, dalam berpikir
positif tidak semata-mata kita hanya selalu berpikir seperti itu, tapi harus
didasari niat dan usaha yang kuat. Dimulai dengan berpikir positif, niat dan
usaha yang kuat, cita-cita yang kita impikan akan terwujud tanpa rasa
ragu-ragu.
Seperti
contohnya, saat saya mengerjakan tugas kuliah ini. Saya merasa tidak yakin
dapat menyelesaikan dalam satu hari. Dengan aktivitas yang padat membuat saya
pesimis dalam mengerjakan tugas ini. Bahkan, inspirasi untuk menulispun tidak
terbayang sama sekali. Hingga saya berpikir “hari ini harus selesai, tidak
boleh menyerah!” dan dengan bantuan dari media elektronik, tugas kuliah ini
selesai dalam waktu sehari. Memang berpikir positif tidaklah mudah. Namun,
dengan niat dan tekad seperti yang tadi telah saya singgung, dapat mewujudkan
cita-cita kita dengan lancar dan semua hal yang dianggap sulit akan menjadi
mudah.
Contohnya
yang lain yaitu pada saat saya melihat salah satu acara di stasiun tv swasta,
ada sebuah tayangan yang dapat menjadi pelajaran bagi kita. Yaitu, seekor
marmut yang menyumbang namanya kedalam rekor dunia. Marmut tersebut melompat
dari kotak satu ke kotak yang lain dengan jarak terjauh yaitu empat puluh lima
sentimeter. Berawal dengan jarak lima belas sentimeter, kemudian tiga puluh
sentimeter hingga empat puluh lima sentimeter marmut tersebut mendapatkan rekor
dunia. Marmut pun memerlukan dua puluh lima kali mencoba dalam atraksinya
hingga akhirnya ia berhasil. Dapat kita simpulkan,bahwa marmut tersebut tidak
pantang menyerah dalam mencapai kotak dengan jarak yang jauh dan ia berpikir
positif dalam mencobanya meskipun harus melakukan dua puluh lima kali. Kalau
marmut saja bisa, kenapa kita tidak bisa? Karena itulah betapa pentingnya
berpikir positif dalam melawan pesimis yang selalu membayangi benak kita.
Dengan begitu kita pasti dapat mengubah budaya pesimis dengan berpikir positif.
2.4. Konsep Budaya Berpikir Positif dalam Kehidupan
Sehari – hari
Ø [6]Belajarlah
untuk berpikir kritis, dimana kita harus mempertimbangkan adanya hal-hal yang
membentuk suatu masalah dari berbagai sisi. Contohnya : Dengan tidak mudah
menerima adanya informasi atau berita yang tidak atau belum pasti kebenarannya.
Pola berpikir kritis juga kita terapkan terhadap pendapat, tanggapan, atau
pandangan orang lain, dimana sikap kritis tersebut bermanfaat untuk memberikan
perbandingan apakah alur pemikiran kita sudah benar atau belum.
Ø Sebelum
bertindak atau mengambil keputusan, berpikirlah terlebih dahulu. Jangan
bertindak atau mengambil keputusan terlebih dahulu, baru memikirkan kenapa kita
bertindak atau membuat keputusan demikian.
Ø Bersikaplah
terbuka terhadap segenap pendapat atau masukan dari orang lain. Dalam hal ini,
kita harus selalu bersedia dikoreksi orang lain.
Ø Sebelum
mengambil keputusan penting, bersikaplah hati-hati dan buatlah
perhitungan-perhitungan yang sesuai dengan logika atau cara berpikir dengan
nalar yang benar, untuk menghindari keluarnya sebuah keputusan yang diambil
secara gegabah.
Ø Perluasan
wawasan dan asah terus kemampuan analisis kita terhadap permasalahan yang ada
sehingga kita tidak cepat menghadirkan prasangka atau penilaian buruk pada
orang lain atau pada situasi yang memerlukan penilaian yang tepat dan benar.
Ø Biasakan
melakukan kegiatan chek dan recheck untuk setiap informasi yang kita ragukan kebenarannya.
Ø Selalu
menanamkan pikiran optimis dalam benak pikran kita.
Ø Berusahalah
untuk tidak mempersulit orang lain, namun ajari orang lain untuk dapat berpikir
dengan cara-cara yang benar dalam mengambil keputusan.
Ø Selalu
bersikap tenang pada saat ingin mengambil keputusan.
Ø Sebelum
mengambil keputusan, pertimbangkan segala sesuatunya dengan seksama.
Ø Jangan
kita selalu menganggap benar terhadap segala sesuatu yang kita sukai, dan cepat
menolak untuk setiap pendapat, saran, atau tanggapan yang diberikan orang lain.
Ø Bersikaplah
jujur pada diri sendiri, dengan belajar dari kesalahan, mengakui adanya kekurangan
serta kelebihan dalam diri kita, dan tidak mudah terpancing oleh hal-hal
praktis, namun sesungguhnya kepraktisan itu bukanlah konsep berpikir yang benar.
Apabila semuanya itu bisa kita lakukan atau terapkan, maka kita telah melatih
diri kita untuk selalu berpikir positif untuk setiap peristiwa yang harus kita
hadapi dalam hidup ini, meskipun mood kita sedang tidak baik.
2.5.
Manfaat dari Membudayakan Berpikir Positif
a. Berpikir
positif membebaskan diri dari pengaruh setan
[7]Dalam
pandangan agama, pikiran-pikiran negatif yang terlintas dalam pikiran kita
merupakan bisikan-bisikan setan. Setan selalu menggoda manusia dengan berbagai
cara. Salah satunya dengan mengacaukan pikiran manusia. Ketika pikiran
seseorang telah berhasil dikacaukan oleh setan, efeknya sangat negative.
Berpikiran negatif itu sesuatu hal yang belum
tentu kebenarannya, maka dari itu allah melarang hambanya dari berpikiran
negatif. Dengan berpikiran positif maka tidak ada celah untuk setan masuk dan
mempengaruhi kita. Allah SWT berfirman :
Artinya
: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah
( Q.S. Al – A’raf : 200 )
b.
Berpikir positif menyehatkan tubuh
Pikiran
sangat berpengaruh pada kesehatan fisik. Banyak penyakit fisik yang berawal
dari pikiran. Ketika kita memasukkan pikiran-pikiran negative ke otak maka akan
menimbulkan emosi (perasaan) negatif. Kemudian, emosi-emosi negative tersebut
melepaskan hormone-hormon di dalam tubuh yang dapat menyebabkan munculnya
penyakit.
Para
peneliti asal Inggris telah melakukan penelitian yang membuktikan adanya
hubungan antara emosi – emosi negative dengan tekanan darah tinggi, penyakit
kardiovaskuler ( jantung dan pembuluh darah ) dan penyakit – penyakit yang
terkait dengan system kekebalan tubuh. Oleh karena itu, pastikanlah kita selalu
berpikir positif sehingga menimbulkan emosi positif yang akan melepaskan
hormone – hormone positif di dalam tubuh. Dengan begitu system kekebalan tubuh
kita akan kuat dan sehat.
c.
Berpikir Positif Menumbuhkan Ketenangan Jiwa
Kunci hidup tenang dan damai ad pada pikiran kita. Peristiwa
dan masalah apa pun yang kita alami dalam kehidupan, tidak akan membuat gusar
dan cemas jika disikapi dengan sikap dan pikiran positif. Ketidak mampuan kita
dalam mengendalikan pikiranlah yang menimbulkan respons tidak tepat dalam
menghadapi dan menyikapi suatu hal. Akibatnya, kita tidak merasakan ketenangan
dalam hidup ini. Jadi, kuncinya ada pada pengendalian pikiran kita. Pikiran
positif akan menimbulkan emosi atau perasaan positif. Sedangkan pikiran
negative akan menimbulkan emosi atau perasaan negative.
d. Berpikir Positif Mendatangkan Kebahagian
Rahasia kebahagiaan terletak pada diri kita sendiri. Lebih
tepatnya lagi, ada pada pikiran kita. Ketika kita memutuskan untuk bahagia
dengan kondisi apa pun, kita akan merasa bahagia. Bahkan saat sakit atau sedang
kesusahan sekali pun. Jika pikiran tetap berpikir dan memutuskan bahwa kita
orang yang bahagia. Apa yang ada dalam pikiran, itulah yang direspons oleh
perasaan kita.
e. Berpikir Positif Meningkatkan Kepercayaan Diri.
Berpikir positif membuat kita mampu membangun motivasi dan
harapan. Berpikir positif juga membuat kita mampu mengatasi keputusan. Dengan
membiasakan diri berpikir positif , kita akan mampu menghargai diri sendiri dan
merasa diri berharga. Kita juga akan merasa bahagia dengan diri kita. Pada
akhirnya, kita akan mampu menarik hal-hal positif dan menolak hal-hal negative.
Ketika kita berpikir positif, secara otomatis akan
mempengaruhi jiwa kita menjadi lebih optimis, imajinasi ( daya khayal ) kita
menjadi lebih kreatif dan semangat kita menjadi semakin kuat. Hal ini akan
membuat kita memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Kita tidak merasa minder
untuk bergaul dan berinteraksi dengan siapa pun. Kita pun merasa mampu meraih
apa yang dicita-citakan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berpikir
positif adalah hal yang penting bagi manusia dalam kehidupan. Untuk menghadapi
suatu permasalahan dalam hidup, bisa melihat diri dari berbagai aspek khususnya
dalam memecahkan permasalahan, namun berpikir positif juga perlu bahkan harus di
dikung dengan usaha berubah menjadi lebih baik.
Untuk
berpikir positif memerlukan langkah-langkah yang harus dilakukan dimana hal ini
menjadi factor pendukung demi terciptanya seseorang yang menjiwai hal tersebut.
Namun inilah hal yang perlu kita perhatikan sebagai berikut. Jadilah optimis,
usahakan lebih sering tersenyum, libatkan diri anda dengan suasana yang
menyenangkan.
Berpikir
positif bukan suatu tujuan melainkan suatu jalan untuk mencapai manfaat yang
diantaranya : mengatasi stress, menjadi lebih sehat, percaya diri, bisa
mengambil keputusan, bisa meningkatkan konsentrasi, bisa mengatur dengan baik,
lebih sukses dalam hidup, memiliki banyak teman, menjadi pemberani dan hidup
lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Bertens, 1991, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta:
Kanisius.
El-Bantani, Syafi’ie, 2010, Kekuatan Berpikir Positif, Jakarta: Wahyu
Media.
Said, 2010, Positif Thinking, Solo:Qaula.
Shihab, M. Quraish, 2004, Dia Dimana-mana: Tangan Tuhan Dibalik Setiap
Fenomena, Jakarta: Lentera Hati.
Sutoyo, Anwar, 2007, Bimbingan dan Konseling Islami ( Teori dan
Praktik ), Semarang: CV, Cipta Prima Nusantara.
[1] Said. Positif Thinking. Solo :
Qaula. 2010. Hlm: 16-17
[2]
Op.cit. Hlm: 18
[3] Sutoyo, Anwar, Bimbingan dan Konseling Islami ( Teori dan Praktik
), Semarang: CV, Cipta Prima Nusantara, 2007. Hlm: 66
[4] Shihab, M. Quraish, Dia Dimana-mana: Tangan Tuhan Dibalik Setiap
Fenomena, Jakarta: Lentera Hati, 2004. Hlm: 135.
[5]
El-Bantani, Syafi’ie, Kekuatan Berpikir Positif, Jakarta: Wahyu
Media, 2010. Hlm : 78-79
[6] Sutoyo, Anwar, Bimbingan dan Konseling Islami ( Teori dan
Praktik ), Semarang: CV, Cipta Prima Nusantara, 2007. Hlm: 189-190
[7]
El-Bantani, Syafi’ie, Kekuatan Berpikir Positif, Jakarta: Wahyu
Media, 2010. Hlm: 177-178
Tidak ada komentar:
Posting Komentar