Jumat, 11 November 2016

PROBLEMA HIDUP DAN KEHIDUPAN ( PROBLEMA PENDIDIKAN )



PROBLEMA HIDUP DAN KEHIDUPAN
( PROBLEMA PENDIDIKAN )







Artikel ini di buat untuk memenuhi tugas MID semester pada mata kuliah “ Filsafat Pendidikan Islam”

Oleh :
RIKA YULIATI

Pembimbing :
WIRA SUGIRTO, S.IP, M.Pd.

SEMESTER  V  D
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) BENGKALIS




Nama                     : RIKA YULIATI
TTL                       : Bengkalis, 07 Juli 1995
Alamat                  : Jl. Wonosari Tengah – Bengkalis
NIM                      : 55 1 1 14 0099
Perguruan Tinggi    : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis
Jurusan                 : Tarbiyah dan Keguruan
Prodi                     : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester              : V D







PROBLEMA HIDUP DAN KEHIDUPAN
( PROBLEMA PENDIDIKAN )

Sebagaima diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah di alam. Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri, dan manusia pun mempunyai potensi untuk melaksanakannya. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia, dan merupakan tanggung jawab manusia sendiri.
[1]Untuk dapat mendidik diri sendiri, pertama – tama manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya. Apa tujuan hidupnya dan apa pula tugas hidupnya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan dengan alam dan lingkungannya, dan manusia harus pula memahaminya. Bagaimana hubungannya dengan alam dan lingkungn. Manusia hidup dalam masyarakatnya, di mana ia harus menyesesuaikan diri di dalamnya. Manusia hidup bersama dengan hasil cipta rasa dan karsanya ( kebudayaannya ). Manusia hidup bersama keyakinan dan kepercayaannya, dengan pengalaman pengetahuan yang diperolehnya dalam proses hidupnya. Sementara itu dari masa kemasa, dari generasi ke generasi, Nampak bahwa alam lingkungannya berubah, berkembang, pengetahuan dan kebudayaan pun berkembang, sehingga nilai – nilai pun berubah pula. Dan tanpa dilihat dengan nyata, ternyata kualitas hidup dan kehidupannya pun berangsur – angsur berubah menuju pada kesemprnaan ( menjadi lebih baik ).
Hal – hal tersebut, merupakan problema hidup dan kehidupan manusia. Jadi merupakan problema pendidikan. Menurut konsep pendidikan dalam islam ( tarbiyah islamiyah ) bahwa pada hakikatnya manusia sebagai khalifah allah di alam, manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan problema hidup dan kehidupannya sendiri. Dengan kata lain islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggung jawab, agar tetap berada dalam kehidupan yang islami, kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa yang diridai tuhan.
Pertanyaan – pertanyaan tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia sebagaimana dikemukakan di atas, memang merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawabnya. Jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan hakiki tersebut, akan menjadi dasar bagi pelaksanaan dan praktek pendidikan. Ketetapan jawaban pertanyaan – pertanyaan tersebut, akan mampu merumuskan tujuan pendidikan secara tepat, dan hal ini akan mengarahkan usaha – usaha kependidikan yang tepat pula. Di sinilah letak peran filsafat pendidikan.
[2]Perkembangan filsafat ( pemikiran filsafat ) dalam dunia islam, telah menghasilkan berbagai macam alternative jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan – pertanyaan hakiki problema hidup dan kehidupan manusia tersebut. Jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tentang hubungan manusia dengan tuhan, tentang keyakinan dan kepercayaan hidup, telah menimbulkan ilmu Tasawuf, Ilmu Fiqh, adalah merupakan kodifikasi dari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tentang apa dan bagaimana nilai – nilai dan norma – norma kehidupan dan tingkah laku. Dan jawaban – jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tentang alam semesta dan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya, menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan.
Ilmu – ilmu tersebut berhasil di kembangkan dalam dunia islam, dengan menggunakan metode yang khas islami, yaitu metode ijtihad. Ijtihad adalah menggunakan segenap daya akal dan potensi manusiawi lainnya untuk mencari kebenaran dan mengambil kebijaksanaan, dengan bimbingan al-quran dan sunnah nabi SAW. Musthofa Abd al-Raziq, menyatakan “ al – ijtihadu bi al-ra’yi huwa bidayatu al-nadhari al-aqli”, ijtihad dengan menggunakan daya mampu akal adalah merupakan dasar bagi terbentuknya pola berfikir rasional.
Metode ijtihad , sebagai metode khas filsafat islam, memang telah mengalami perkembangan dan para ulama serta filosofi islam menggunakannyasecara bervariasi. Pada dasarnya ijtihad bersumber pada al – quran sebagai wahyu allah dan al – sunah sebagai penjelasan dan penjabarannya. Tetapi para ulama dan filosofi islam berbeda – beda dalam cara penggunaanya sebagai sumber pemikiran dan ijtihadnya. Perbedaan tersebut pada hakikatnya bersumber dari perbedaan dasar filosofi yang mendasarinya. Ulama dan filosof dari kalangan Mu’tazilah misalnya, berpandangan bahwa hakikat al – quran adalah makhluk, baru, sebagaimana alam lainnya. Alam berkembang, berubahan dan kebenaran – kebenaran yang diperoleh manusia dari alam pun merupakan kebenaran yang relative, sementara. Demikian pula kebenaran dan pengetahuan yang didapatkan dari al – quran pun merupakan kebenaran yang relative. Al – sunnah sebagai penjabaran dari kebenaran al – quran                  ( penafsiran ) menunjukkan pada kebenaran dan kesesuaian dengan zamannya. Oleh karenanya penafsiran terhadap Al – Quran pun dapat berkembang. Sedangkan kalangan Ahlu al – Sunnah pada umumnya berpandangan bahwa hakikat Al – Quran adalah kalamullah yang qadim  dan abadi. Dengan demikian kebenaran – kebenaran yang terdapat di dalamnya adalah kebenaran yang abadi, kebenaran yang tak tersentuh akal pikiran manusia yang relative. Sebagai konsekuensi penafsiran Al – Quran dengan menggunakan akal pikiran adalah masalah tabu dan di larang. Ijtihad hanya diperbolehkan selama tidak menyentuh hal – hal yang sudah tercantum dalam Al – Quran dan sudah dijelaskan  dalam Al – Sunnah. Dikalangan ulama dan filosof dalam bidang fiqh pula berbeda – beda system ijtihadnya, yang menghasilkan kesimpulan hukum yang berbeda – beda pula. Demikian pula dikalangan ahli tasawuf, penggunaan system ijtihad yang berbeda, menghasilkan tarikat yang berbeda – beda pula.
[3]Dari uraian di atas Nampak jelas bahwa dalam filsafat islam telah berkembang metode – metode filosofis dan aliran – aliran filsafat yang beraneka ragam, yang kesemuanya memberikan arah dan mempengaruhi jalannya pertumbuhan dan perkembangan umat islam, baik secara individu maupun secara ijtima’I (  dalam arti umat islam ). Dengan kata lain metode dan system serta aliran filsafat islam tersebut mempengaruhi, bahkan mengrahkan jalannya pendidikan di kalangan umat islam.
Filsafat islam dalam memecahkan problema pendidikan islam ( problema pendidikan yang di hadapi umat islam ) dapat menggunakan metode – metode antara lain :
1.        Metode spekulatif dan konemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Dalam system filsafat islam disebut tafakur. Baik kontemplatif maupun tafakur, adalah berpikir secara mendalam dan dalam situasi yang tenang, sunyi, untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang dipikirkan. Dan oleh karenanya berkaitan dengan masalah – masalah yang abstrak, misalnya hakikat hidup menurut islam, hakikat iman, islam, sifat tuhan, takdir, malaikat dan sebgai nya.
2.        Pendekatan normative. Norma artinya nilai, juga berarti aturan atau hukum – hukum. Norma menunjukan keteraturan suatu system. Nilai juga menunjukkan baik buruk, berguna tidak bergnanya sesuatu. Norma juga akan menunjukkan arah gerak suatu aktivitas.
3.        Analisa Konsep  yang juga disebut sebagai analisa bahasa. Konsep, berarti tangkapan atau pengertian seseorang terhadap sesuatu obyek. Pengertian seseorang selalu berkaitan dengan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pengertian tersebut. Pengertian tentang suatu obyek dirumuskan dalam bentuk definisi yang menggunakan bahasa pada hakikatnya merupakan kumpulan dari pengertian –pengertian, dari konsep – konsep. Ajaran islam penuh dengan konsep – konsep filosofis tentang hidup dan kehidupan manusia, seperti iman, islam, ihsan, amal shaleh, takwa, bahagia, dan sebagainya. Semuannya adalah menjadi problema pendidikan.
4.        Pendekatan Historis. Historis merupakan sejarah. Yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dalam pandangan kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam suatu setting situasi kondisi dan waktunya sendiri – sendiri. Dalam system pemikiran filsafat, pengulangan sejarah ( peristiwa sejarah ) yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi. Dalam system filsafat islam, penggunaan sunnah nabi sebagai sumber hukum, penelitian – penelitian akan hadis – hadis yang menghasilkan pemisahan antara hadis yang palsu dan hadis sahih, pada hakikatnya merupakan contoh praktis dari penggunaan analisa historis dalam filsafat pendidikan islam.
5.        Pendekatan ilmiah terhadap masalah actual, yang pada hakikatnya merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola berpikir rasional, empiris dan eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam islam. Usaha mengubah keadaan atau nasib, tidak mungkin bisa terlaksanakan kalau seseorang tidak memahami permasalahan – permasalahan actual yang dihadapinya. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib tersebut. Dan ini adalah merupakan problema pendidikan islam masa sekarang.
6.        Dalam system filsafat islam, pernah pula berkembang pendekatan yang sifatnya komprehensif dan terpadu, antara sumber sumber naqli, akli dan imani, sebagaimana yang Nampak dikembangkan oleh al – Gazali. Kebenaran yang sebenarnya, yaitu kebenaran yang diyakininya betul – betul merupakan kebenaran. Kebenaran yang mendatangkan keraguan – keraguan. Untuk mencapai kebenaran yang benar – benar yang diyakini, harus melalui pengalaman dan merasakan. Pendekatan ini, lebih mendekati pola berpikir yang empiris dan intuitif.
Demikian, beberapa pendekatan filosofis yang mungkin digunakan dalam memecahkan problematika pendidikan di kalangan umat islam. Adapun pendekatan mana yang kiranya efektif dan efisien tentunya tergantung kepada sifat, bentuk dan cirri khusus problema yang dihadapinya. Yang jelas bahwa masalah pendidikan adalah masalah manusia yang menurut ajaran islam adalah merupakan khalifah allah dan memiliki potensi – potensi manusiawi, maka pendekatan filsafat pendidikan islam, haruslah pendekatan yang melibatkan seluruh aspek dan potensi manusiawi.
 

 






DAFTAR PUSTAKA

Mustafa Abd. Al Raziq, 1959. Tamhid Li Tarikh Al Falsafah al Islamiyah, Lajnah al Ta’lif wat arjamah wal nasyr, al Qohiroh.
Imam Barnadib, 1982. Filsafat Pendidikan ( Pengantar Mengenai Sistem dan Metode), Yayasan Penerbit FIK IKIP Yogyakarta.
Dra. Zuhairini, dkk. 2012. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara : Jakarta. 


[1] Mustafa Abd. Al Raziq, Tamhid Li Tarikh Al Falsafah al Islamiyah, Lajnah al Ta’lif wat arjamah wal nasyr, al Qohiroh, 1959. Hal 132.
[2] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan ( Pengantar Mengenai Sistem dan Metode), Yayasan Penerbit FIK IKIP Yogyakarta, 1982, hal. 89
[3] Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara : Jakarta.  2012. Hlm. 131

Jumat, 21 Oktober 2016

KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM




KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:Wira Sugiarto M.Pd.I




RIKA YULIATI
MAYA DESTRIANTI
NUR HIKMAH
M.RASYID
                                                                                                  

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) 2016 M / 1438 H



KATA PENGANTAR
         Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas studi kasus yang berjudul” konsep filosofis tentang komponen pendidikan islam”yang merupakan salah satu tugas makalah pada semester lima (V)
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis. Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima dengan senang hati.


                                                                         Bengkalis,     Oktober 2016

  Penulis









i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                          i
DAFTAR ISI                                                                                        ii
BAB I PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang                                                                                       1
2.      Rumusan masalah                                                                                    1
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian pendidik                                                                                  2
2.      Pengertian peserta didik                                                                            2
3.      Kurikulum dalam pendidikan islam                                                             3
4.      Pendekatan dan metode dalam pendidikan islam                                         5
5.      Evaluasi dan media dalam pendidikan islam                                                 7
6.      Lingkungan dan lembaga dalam pendidikan islam                                        9

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
 Pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dibalik kemajuan yang pesat ilmu pengetahuan dan teknologi  kita sebagai umat muslim hendaknya memberikan perhatian kepada dunia pendidikan Islam. Karena sebagai seorang muslim kita tak dapat cukup menguasai ilmu pengetahuan teknologi yang bersifat duniawi saja, karena ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi itu hanya sebagai jalan kita sebgai muslim untuk mencapai kehidupan yang kekal yaitu kehidupan akherat. Maka untuk mencapai tujuan utama umat muslim, kita harus membalut semua aktivitas dengan nilai-nilai Islam, salah satu jalan untuk mencapainya yaitu dengan jalan mempelajari Pendidikan Islam.
B.         Rumusan Masalah
1.      Apa konsep tentang pendidik?
2.      Apa konsep tentang peserta didik?
3.      Bagaimana pendekatan dan metode dalam pendidikan islam?
4.      Apasaja media dan alat dalam pendidikan islam?
5.      Bagaimana mengevaluasi pendidikan islam?
6.      Bagaimana lingkungan dan lembaga dalam pendidikan islam?





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep filosofis pendidik
Kata pendidik berasal dari kata dasar didik,yang artinya memelihara,merawat,dan memberi latihan kepada seseorang agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan. Dalam pengertian yang lebih luas pendidik dalam persfektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani peserta didik agar ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya.
Hadari nawawi mengatakan bahwa pendidik adalah guru dan guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran disekolah/kelas. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan aspek jasmani anak.
Dalam konteks pendidikan islam pendidik dapat disebut dengan beberapa istilah:(murabbi,mualim,muaddib,mudarris,muzakki,dan ustadz)[1]
1.      Murabbi: istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah.ada 4 tugas utama murabbi yaitu: memelihara fitrah anak menjelang dewasa,mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan,mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan,dan melaksanakan pendidikan secara bertahap.
2.      Muallim: Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu.
3.      Muaddib: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan.
4.      Mudarris: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai guru dalam upaya membelajarkan peseeta didik.
5.      Mursyid: istilah ini lebih menekankan kepada pendidik sebagai  pemimpin,penunjuk jalan bagi peserta didiknya agar memperoleh jalan yang lurus.
6.      Muzzaki: istilah ini menekankan kepada pendidik untuk bertanggung jawab membimbing peserta didik agar selalu berada dalam kondisi suci dan taat kepada Allah.
B.  Konsep filosofis peserta didik    
Pengertian Peserta Didik Selain pendidik, komponen lainnya yang melakukan proses pendidikan adalah peserta didik. Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan oarang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang peru dikembangkan.[2]
Islam mengakui bahwa peserta didik memang memiliki fitrah, tetapi bagaimana fitrah ini dapat dikembangkan dengan baik tergantung juga oleh keadaan lingkungan yang melingkupinya. Perpaduan antara faktor fitrah dan faktor lingkungan dalam konsepsi Islam merupakan proses dominan yang dapat memengaruhi pembentukan kepribadian seorang peserta didik.
a.       Hakikat Peserta Didik.
pemahaman tentang hakikat peserta didik merupakan sesuatu yang beralasan. Samsul Nizar dalam filsafat pendidikan Islam: Pendekatan historis, teoritis dan praktis menyebutkan beberapa diskripsi mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut:
1.         Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, tetapi ia memiliki dunianya sendiri.
2.         Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya.
3.         Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun ruhani.
4.         Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual (individual differentiations), baik yang disebabkan karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat ia tnggal
5.         Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmaniah dan ruhaniah.
b.      Sifat Yang Harus Dimiliki Peserta
Didik Peserta didik sebagai subjek pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan Asma Hasan Fahmi,[3] sekurang-kurangnya harus memperhatikan empat hal berikut:
·      Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum melakukan proses belajar.
·      Peserta didik harus menanamkan dalam dirinya bahwa tujuan menuntut ilmu adalah meraih keutamaan akhlak, mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk bermegah-megahan atau bahkan mencari kedudukan.
·      Seorang peserta didik harus memiliki ketabahan dan kesabaran dalam mencari ilmu, dan bila perlu melakukan perjalanan merantau untuk mencari guru atau apa yang disebut rihlah ilmiyyah.
·      Seorang peserta didik wajib menghormati gurunya dan berusaha semaksimal mungkin meraih kerelaan dengan berbagai cara yang terpuji.
Dari beberapa sifat diatas tampak bahwa pendidikan Islam senantiasa memerhatiakan pembentukan jiwa peserta didik agar memiliki akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia merupakan modal untuk mencari ilmu pengetahuan
 C. Kurikulum Pendidikan Islam.
   1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiyah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Dalam prespektif falsafah pendidikan islam, kurikulum pendidikan pada dasarnya adalah alat atau instrumen untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi jismiyah dan ruhiyahnya agar mereka dapat mampu mengenali kembali dan mengukuhkan syahadah primordialnya terhadap Allah SWT.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental
2.    Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam 
Secara umum, kurikulum tersusun dengan beberapa aspek utama yang menjadi cirinya. Hasan Langgulung mengungkapkan empat ciri-ciri utama dari kurikulum, yaitu :
o   Tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu
o   Pengetahuan (knowledge) ilmu-ilmu data, aktivitas-aktivitasnya dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu.
o   Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki dan tujuan-tujuan yang dirancang
o   Metode dan cara penilaian yang digunkan untuk mengukur dan menilai hasil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
3.  Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
a.  Asas Agama
 Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.[4]
b.                            Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya


c.                             Asas Psikologis
Asas ini memberikan prinsip – prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dipahami oleh anak didik sesuai dengan perkembangan
d.                            Asas Sosia
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
D. Pendekatan dan Metode dalam Pendidikan Islam
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan pendidikan' dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan.Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
o   Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif
o   Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban.
o   Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas.
o   Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan zamannya.
o   Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio.
Ada beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam, yaitu :
ü  ceramah,
ü   tanya jawab,
ü   mengambil pelajaran,
ü   mengkongkritkan masalah,
ü   penugasan,dan
ü   peragaan.
E. Evaluasi dan Media dalam Pendidikan Islam
1. Evaluasi
     Evaluasi pendidikan dalam islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kemajuan sutu pekerjaan dalam proses pendidikan islam. (Nizar,2002:77) dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan islam pada peserta didik .sedang dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kelemahan suatu proses pendidikan islam(dengan seluruh komponen yang terlibat didalam nya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan . Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan berbagai keputusan kependidikan, baik yang menyaangkut perencanaan pengelolaan ,prosesdan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan.
Dalam pendidikan islam , tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) ketimbangan aspek kognitif (Nizar,2002:80). Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secra garis besar meliputi 4 hal yaitu sebagai berikut.[5]
1.    Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan tuhannya.
2.    Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3.    Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupan nya dengan alam sekitarnya.
4.    Sikap dan dan pandangan terhadap dirinya sendiri.
                   Objek evaluasi pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik.sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik .Peserta didik di sini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata,melainkan pula sebagai subjek evaluasi.Evaluasi pendidikan Islam dapat di lakukan dengan dua cara yaitu
ü  evaluasi diri sendiri (selfaluationl introspeksi)
ü evaluasi terhadap orang lain (peserta didik)
   2. Media dalam pendidikan islam
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Latuheru (dalam Arsyad, 2003:4) mengemukakan bahwa media pendidikan adalah ”semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber, baik guru maupun lain kepada penerima atau siswa
Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa dilihat dari fungsinya, alat-alat pendidikan terbagi 3 jenis, yaitu :[6]
o   Alat sebagai perlengkapan.
o   Alat sebagai pembantu mempermudah usaha tujuan.
o   Alat sebagai tujuan. Alat-alat berfungsi saling membantu
       Sedangkan menurut Hamalik, (dalam Arsyad, 2003:2) media pendidikan meliputi:
o   Media sebagai alat komunikasi lebih mengefektifkan proses pembelajaran
o   Fungsi media dalam rangka tujuan pendidikan
o   Hubungan antara metoda mengajar dan media pendidikan
o   Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
o   Pemilihan dan penggunan media pendidikan
o   Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
o   Media pendidikan setiap mata pelajaran
F. Lingkungan Pendidikan dan Lembaga Pendidikan Islam
1. Pengertian Lingkungan dalam pendidikan Islam
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,adat istiadat,pengetahuan,pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah: segala sesuatu yang tampak dan terdapat di dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.
Macam-macam Lingkungan dalam Pendidikan Islam Menurut Drs. Abdurrahman Saleh, ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu :
o   Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
o   Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
o   Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam kehidupan agama.
  2. Pengertian Lembaga
Dalam Islam Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian konkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian secara abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri. Pendidikan Islam termasuk bidang sosial sehingga dalam kelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga sosial tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu:
o   Asosiasi, misalnya universitas, persatuan atau perkumpulan.
o   Organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah-sekolah.
o   Pola tingah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang mempunyai hubungan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, lembaga pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.


 


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria diantaranya adalah:
1.             Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada.
2.             Tujuan harus fleksibel yang dapat disesuaikan dengan keadaan
3.             Tujuan itu harus memiliki kebebasan aktivitas. Dalam bidang pendidikan, kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan model pendidikan manapun. Tanpa adanya kurikulum, sulit rasanya bagi para perencana pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakannya. Mengingat pentingnya kurikulum, kurikulum perlu dipahami dengan baik oleh semua pelaksana pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA
 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Al-Ma’arif, 2000.
 Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
 Noeng Mujadjir,Ilmu Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta.2003
 Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014           



[1]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung: Al-Ma’arif, 2000.

[2]Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
[3]Noeng Mujadjir,Ilmu Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta.2003

[4]Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014           

[5]Ramayulis dan Samsul Nizar,filsafat pendidikan islam,Kalam Mulia,2011
[6]Toto Suharto, Filsafat pendiikan Islam, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014