Minggu, 24 April 2016

Logika Sebagai Keniscayaan dalam Berfikir Kritis



LOGIKA SEBAGAI KENISCAYAAN DALAM BERFIKIR KRITIS


Oleh :
RIKA YULIATI

Pembimbing :
WIRA SUGIARTO, S.IP, M.Pd.I.


                                                                                   
                         






PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
SEMESTER IV D

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
BENGKALIS
2015 / 2016


                                                                                                            
Nama Lengkap                        : RIKA YULIATI
Tempat / Tanggal Lahir             : Bengkalis, 07 Juli 1995
Alamat                                     : Jl. Wonosari Tengah, RT : 002 / RW : 002, Bengkalis – Riau
Perguruan Tinggi                       : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Bengkalis
Jurusan                                    : Tarbiyah dan Keguruan
Prodi                                       : Pendidika Agama Islam
Semester                                  : IV D







BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia akan berpikir, begitulah alaminya seorang manusia tercipta. Seorang filsuf pernah berkata, ”Aku hidup karena berpikir”. Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural, lumrah, dan berada dalam lingkaran fitrah manusia yang hidup. Bahkan, seorang yang mengalami gangguan jiwa pun merupakan seorang pemikir yang mempunyai dunia lain dalam hidupnya. Saat kita berpikir, seringkali apa yang kita pikirkan menjadi bias, tidak mempunyai arah yang jelas, parsial, dan tidak jarang emosional atau terkesan egosentris. Seharusnya manusia bisa kembali merenung, bahwa kualitas hidup seseorang sesungguhnya ditentukan dengan bagaimana cara dia berpikir, sehingga dari pemikiran yang berkualitas itu dia akan mampu menciptakan penemuan atau pun inovasi baru dalam hidupnya. Bukankah seorang pahlawan lahir dari cara berpikirnya yang selalu besar. Ilmuwan-ilmuwan ternama dunia pun mengubah wajah dunia yang primitif menjadi dunia yang luar biasa ini dengan perubahan pemikiran.  

1.2.         Rumusan Masalah
1.    Apa itu logika ?
2.    Apa itu berfikir kritis ?
3.    Apa itu berfikir kritis dan logika ?





BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Logika
2.1.1. Pengertian Logika
[1]Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Nama Logika pertama kali muncul filsuf Cicero pada abad ke – 1 sebelum masehi,  tetapi masih dalam arti ‘seni perdebatan’. Alexsander Aphrodisias pada abad ke – 3 sesudah masehi adalah orang yang pertama kali menggunakan kata ‘Logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidak nya pemikiran kita.
[2]Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berfikir               ( khususnya penalarannya / proses penalaran ) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui ( Premis ) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.

2.1.2.  Macam – Macam Logika
1. Logika Alamiah
Adalah kinerja akal budi manusia yang berfikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan – keinginan dan kecenderungan – kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika almiah manusia ada sejak lahir.
2.    Logika Ilmiah
Adalah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah ilmu khusus yang merumuskan asas – asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksud untuk menghidari kesesatan atau paling tidak di kurangi.

2.1.3. Cara Berfikir Logis dalam Rangka Mendapatkan Pengetahuan Baru yang Benar
1. Induksi
Adalah cara berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus – kasus yang bersifat individual. Penalaranan ini di awali dari kenyataan – kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas untuk diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
2.   Deduksi
Adalah cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus, dengan demikian kegiatan berfikir yang berlawanan dengan induksi.
3.    Analogi
Cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal serupa dan sudah diketahui sebelumnya. Disini penyimpulannya dilakukan secara tidak langsung, tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan.
4.    Komparasi
Adalah cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirnya ditujukan pada kesepadanan bukan pada perbedaan.
2.1.4. Kegunaan Logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
2.2. Berfikir Kritis
2.2.1. Pengertian Berfikir Kritis
[3]Berfikir Kritis Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dalam proses belajar terdapat pengaruh perkembangan mental yang digunakan dalam berpikir atau perkembangan kognitif dan konsep yang digunakan dalam belajar. Beberapa pengertian mengenai keterampilan berpikir kritis diantaranya:
1. Rudinow dan Barry (Filsaime, 2008: 57) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang menekankan sebuah basis kepercayaan- kepercayaan yang logis dan rasional, dan memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk menganalisis, menguji dan mengevaluasi.
2. Steven (1991) memberikan pengertian berpikir kritis yaitu berpikir dengan benar dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliable. Berpikir kritis adalah berpikir nalar, reflektif, bertanggung jawab, dan mahir berpikir. Dari pengertian Steven tersebut, seseorang yang berpikir dengan kritis dapat menentukan informasi yang relevan. Berpikir kritis merupakan kegiatan memproses informasi yang akurat sehingga dapat dipercaya, logis, dan kesimpulannya meyakinkan, dan dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab. Seseorang yang berpikir kritis dapat bernalar logis dan membuat kesimpulan yang tepat.
3. Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita untuk membuat keputusan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu meliputi dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) dan diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar. Berpikir kritis berfokus pada apakah meyakini atau melakukan sesuatu mengandung pengertian bahwa siswa yang berpikir kritis tidak hanya percaya begitu saja apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa berusaha mempertimbangkan penalarannya dan mencari informasi lain untuk memperoleh kebenaran. Jadi, berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk dirinya dan keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir yang melibatkan proses kognitif dan mengajak siswa untuk berpikir reflektif terhadap permasalahan.

2.2.2. Ciri – Ciri Berfikir Kritis
Ø  Mampu membuat kesimpulan dan solusi yang akurat, jelas dan relevan terhadap kondisi yang ada.[4]
Ø  Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsetrasi yang logis.
Ø  Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks.

2.2.3. Keterampilan dalam Berfikir Kritis
Tanda – tanda pemikir yang kritis, adalah kesiapan untuk menantang ide – ide orang lain ( anti thesis ). Salah satunya adalah dalam keterampilan berfikir secara kritis, Robert Ennis yang merupakan bapak berfikir kritiar di Amerika Utara mengidentifikasikan 12 aspek dalam wujud keterampilan berfikir kritis yang saling berkesinambungan adalah sebagai berikut.
1.    Memahami arti pernyataan.
2.    Mempertimbangkan adanya ambigunitas dalam penalaran.
3.    Mempertimbangkan pernyataan yang kontradiktif satu dengan yang lain.
4.    Mempertimbangkan kesimpulan yang diikut.
5.    Mempertimbangkan pernyataan yang cukup spesifik.
6.    Mempertimbangkan pernyataan penerapan satu prinsip.
7.    Mempertimbangkan satu pernyataan hasil observasi.
8.    Mempertimbangkan kesimpulan induktif yang diperingatkan.
9.    Mempertimbangkan masalah yang telah dikenali.
10.    Mempertimbangkan sesuatu sebagai asumsi.
11.    Mempertimbangkan definisi yang tepat.
12.    Mempertimbangkan pernyataan yang diambil oleh otoritas yang diterima.
2.3. Berfikir kritis maka berfikir dengan Logika
[5]Seseorang yang berfikir kritis akan mampu menyelesaikan masalah dengan dengan sistematis, pemikiran yang abstrak lalu menyusunnya dalam metode penyelesaian yang efektif. Namun timbul lah masalah yang dapat mengkategorikan seseorang itu dapat berfikir kritis atau tidak. Sebab manusia adalah subjek bagi kehidupan ini dan mereka cenderung menggunakan emosional dalam berfikir. Itu akhirnya dapat menimbulkan sifat egosentrisme yang dapat membuat pemikiran jadi tertutup akan pemikiran yang lain sehingga sulit menemukan inovasi atau terobosan baru serta meletakkan pemikir – pemikir ini dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar.
Logika tidak mempelajari cara berfikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan, dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argument yang secara selintas kelihatan benar untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan.
Maka dari itu, Logika akan membantu seseorang untuk mampu berfikir dengan rasional, abstrak dan logika. Karena jika tidak mempunyai unsur – unsur tersebut maka seseorang itu akan sulit untuk dapat berfikir secara kritis. Ia akan senantiasa berfikir sesuai dengan kehendaknya sebagai naliriah yang terkandung dalam setiap diri manusia.
[6]Logika sesungguhnya merupakan alat (organon) untuk bernalar dan berargumentasi. Sebagai alat, logika penting bagi siapa saja yang berkecimpung dalam pembelajaran formal atau informal untuk kritis menilai argumentasi dan penalarannya sendiri atau orang lain. Sikap kritis perlu dibangun agar kita mampu mengambil keputusan tepat dalam berbagai aspek kehidupan, dan tidak mudah terkecoh oleh argumentasi-argumentasi sesat yang sering dikemas dengan rumusan-rumusan persuasif yang mengecohkan serta intrik-intrik psikologis yang tak mudah terendus. Membangun sikap kritis itu dengan memperkenalkan kaidah-kaidah bernalar yang logis.
Setelah mengintroduksi beberapa hal yang diperlukan untuk melangkah masuk dunia logika, dengan ini langsung menyajikan berbagai macam sesat-nalar (fallacia) yang tanpa disadari sering membuat kita kurang cerdas dalam berargumentasi dan kurang cermat dalam bernalar. Tak jarang kita menyaksikan berbagai model kesesatan yang diperagakan dalam arena demokrasi, misalnya ketika para politisi tanpa rasa sungkan mengubah arena publik transaksi argumentasi, menjadi arena transaksi masalah pribadi untuk saling menjatuhkan.
Dengan demikian manfaat bagi mereka yang bergumul dengan kegiatan bernalar dan berargumentasi, para ilmuwan, para dosen, mahasiswa, akademisi dari berbagai disiplin ilmu, reporter, pengacara, para praktisi, aktivis yang berkecimpung dalam dunia pengambilan keputusan, para politisi, pejabat, dan siapa saja yang ingin membangun karakter berpikir kritis.






BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Logika adalah merupakan peran akal yang memanfaatkan kebebasan yang dimilikinya menganggap sebagai kebenaran bahwa segala sesuatu yang ada paling kurang diragukan pun berarti tidak,mengakui bahwa bagaimanapun juga ditinjau secara mutlak, mustahil bawa ini merupakan peristiwa terpenting , karena secara demikian dapatlah dengan mudah ditarik perbedaan antara hal-hal yang termasuk akal.Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat logika digunakan untuk melakukan pembuktian Suatu kebenaran. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran.Logika adalah sarana untuk berpikkir sistematis ,valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berfikir secara kritis berarti berfikir secara luas dan terbuka dengan mempertimbangkan kemungkinan – kemungkinan hingga mendapatkan suatu fakta dan informasi yang dapat diterima atau ditolak.
Maka dari itu, Logika akan membantu seseorang untuk mampu berfikir dengan rasional, abstrak dan logika. Karena jika tidak mempunyai unsur – unsur tersebut maka seseorang itu akan sulit untuk dapat berfikir secara kritis. Ia akan senantiasa berfikir sesuai dengan kehendaknya sebagai naliriah yang terkandung dalam setiap diri manusia.




DAFTAR PUSTAKA

I Gusti Bagus Rai Utama, MA.  2013. Filsafat Ilmu dan Logika. Bandung : Universitas Dhyana Pura.
Asmoro Achmadi. 2011. Filsafat Umum. Jakarta : Rajawali Pres.
Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Kanisius : Yogyakarta.
Artikel berpikir kritis oleh Dr. Padmono. Y. melalui [ http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/14/berfikir-kritis/ ] [last update: 14 Agustus 2010].
Drs. H. Mundiri. 2009. Logika. PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Drs. Benyamin Molan. 2012. Logika Ilmu dan Seni Berfikir Kritis. PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.  






[1] I Gusti Bagus Rai Utama, MA.  Filsafat Ilmu dan Logika. Bandung : Universitas Dhyana Pura. 2013. Hlm. 69.
[2] Asmoro Achmadi. Filsafat Umum. Jakarta : Rajawali Pres. 2011.
[3] Jan Hendrik Rapar. Pengantar Logika. Kanisius : Yogyakarta. 1996. Hlm. 17
[4] Artikel berpikir kritis oleh Dr. Padmono. Y. melalui [ http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/14/berfikir-kritis/ ] [last update: 14 Agustus 2010]. Html. 1.
[5] Drs. H. Mundiri. Logika. PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta. 2009. Hlm. 8
[6] Drs. Benyamin Molan. Logika Ilmu dan Seni Berfikir Kritis. PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.  2012.